BAB I
PENDAHULUAN
Perpustakaan mempunyai peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Di
dalam lingkungan perguruan tinggi, perpustakaan merupakan jantung dari
perguruan tinggi tersebut. Maju atau tidaknya suatu perguruan tinggi ditentukan
oleh maju atau tidaknya keberadaan perpustakaan yang dimiliki perguruan tinggi
tersebut. Perpustakaan merupakan sarana utama dalam menunjang kelengkapann
sarana pendidikan yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.
Dalam Undang-Undang Perpustakaan tahun 2007 disebutkan bahwa perpustakaan
adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, dan/atau karya rekam secara
professional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan,
penelitian, pelestarian informasi, dan rekreasi para pemustaka. Koleksi
perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak,
dan/atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang
dihimpun, diolah, dan dilayankan.
Perpustakaan tidaklah berada di awang-awang, perpustakaan berada di tengah
masyarakat serta dipelihara dan dikembangkan oleh masyarakat. Maka sudah
sepatutnya perpustakaan memberikan jasa untuk masyarakat khususnya masyarakat
pemakai (Basuki, 1991:127). Hal ini menunjukkan bahwa perpustakaan berusaha
memberikan layanan yang semaksimal mungkin bagi pemustaka. Produktivitas pustakawan adalah bagian yang paling
menentukan hasil pekerjaan. Dilihat dari
segi psikologi, produktivitas adalah tingkah laku, produktivitas menunjukkan
tingkah laku sebagai keluaran dari suatu proses
berbagai macam komponen kejiwaan yang melatarbelakanginya. Produktivitas
seseorang merupakan fungsi dari kepribadian dan lingkungannya. Untuk
meningkatkan produktivitas kerja karyawan, yang penting adalah adanya kecocokan makna kerja
pustakawan dengan perlakuan perpustakaan. psikologi pelayanan atau pemakai dapat
didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam proses interaksi kerja di pusat-pusat jasa layanan, yaitu antara pelanggan/pegawai
dan petugas/pegawai/karyawan (Qalyubi, dkk., 2007:241).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
kerja pustakawan
Menurut hasil pengamatan, faktor-faktor
keinginan para pekerja bukan hanya imbalan yang besar saja tetapi ada
faktor-faktor lain. Ada 10 faktor yang sangat diinginkan oleh pekerja yaitu:
1. Pekerjaan yang menarik
Biasanya apabila seseorang mengerjakan suatu
pekerjaan dengan senang atau menarik bagi dirinya maka hasil pekerjaannya akan
lebih memuaskan dari pada mengerjakan pekerjaan yang tidak disenangi. Jadi
seorang pustakawan seharusnya menyenangi apa yang ia kerjakan diperpustakaan.
Tentu dengan begitu pustakawan akan lebih ramah dan lebih perhatian kepada
kebutuhan pengguna yang datang mengunjungi perpustakaan. Jadi rasa senang
dengan suatu pekerjaan juga merupakan hal yang sangat penting dalam
meningkatkan mutu dari hasil produksi kerja.
2. Upah yang baik
Pada
dasarnya seseorang yang bekerja, menghasilkan imbalan yang sesuai dengan
jenis pekerjaannya. Karena adanya upah
yang sesuai dengan pekerjaannya, maka akan timbul rasa gairah kerja yang baik.
Dengan terpenuhinya upah yang baik dengan kata lain upah yang tak
ditangguh-tangguhkan oleh pimpinan, maka rasa kecukupan untuk memenuhi
kebutuhan hidup-baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarganya. Sehingga ada
rasa timbal balik yang selaras.
Dilihat dari tugas dan tanggung jawab
pustakawan, Hermawan dan Zen mengelompokkan pustakawan menjadi tiga kelompok
yaitu pustakawan ahli, pustakawan terampil, pustakawan penunjang. pustakawan yang memegang jabatan fungsional
yang menunjukkan kedudukan atas tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam melaksanakan tugas. Menurut Menteri
Pendayagunaan dan Aparatur Negara No.132/ MENPAN/12/2002 (2000:5) “Jabatan fungsional pustakawan adalah jabatan karir
yang hanya dapat diduduki oleh seorang yang telah berstatus Pegawai Negeri
Sipil”. Sedangkan berdasarkan (KEPRES/No.87/1999) Jabatan fungsional adalah
kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab dan hak seorang Pegawai Negeri
Sipil dalam satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada
keahlian dan keterampilan tertentu secara mandiri”. Keputusan Menpan No. 33
Tahun 1988 menyebutkan bahwa tugas pokok pejabat pustakawan meliputi pengorganisasian
dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/ sumber informasi, pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan
informasi serta pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan
informasi.
3.
Keamanan dan
perlindungan dalam pekerjaan
Biasanya dalam melakukan suatu pekerjaan kita
merasakan suatu kekuatiran bila kita gagal dalam melaksanakannya, karenanya
kita harus selalu berhati-hati. Tetapi bila melakukan pekerjaan itu terlampau
hati-hati, maka akibatnya akan sama bila kita tidak berhati-hati. Yang dimaksud
keamanan dan perlindungan dalam bekerja itu, bekerja pada pekerjaan yang
memerlukan perlindungan tubuh, ataupun juga memberikan training/
pelatihan-pelatihan lebih mendalam tentang perpustakaan dan layanan yang
disediakan. Seperti pelatihan penggunaan OPAC/katalog online. Jadi dengan
terpenuhinya jaminan atas pekerjaan maka tidak akan ada lagi perasaan ragu
dalam bekerja
4.
Penghayatan atas
maksud dan makna pekerjaan
Yang dimaksud penghayatan atas maksud dan
makna pekerjaan adalah bila seseorang pustakawan tetap telah tahu kegunaan dari
pekerjaannya bagi pengguna perpustakaan dan juga tahu betapa pentingnya pekerjaan
dia, maka dalam mengerjakan pekerjaannya, pustakawan akan lebih meningkatkan
produktivitas kerjanya dalam melayani pengguna. Contoh penggunaan informasi secara
apatis: pemustaka langsung menggunakan informasi yang telah mereka dapatkan
tanpa perduli benar atau tidaknya informasi tersebut. Jadi pustakawan harus
menjelaskan pada pengguna secara baik dengan pengetahuan yang dimiliki.
5.
Lingkungan atau
suasana perpustakaan yang baik
Lingkungan perpustakaan yang baik akan membawa
pengaruh yang baik bagi segala pihak,
baik pustakawan, pimpinan maupun pengguna perpustakaan. Misalkan, pustakawan
seharusnya bekerja ditempat yang tenang tapi lingkungan bekerjanya didekat
pabrik yang menimbulkan kebisingan , maka mungkin hasil yang baik itu tidak
dapat dicapai. Jadi jelaslah, penyesuaian atas suasana lingkungan kerja sangat
berpengaruh.
6.
Promosi dan
perkembangan diri pustakawan sejalan dengan citra perpustakaan
Seorang pustakawan akan bangga bila
perpustakaanya mengalami kemajuan yang pesat, apalagi sampai terkenal di mata
masyarakat. Hal ini akan mengangkat derajat kebanggaan pada pustakawan.
Timbulnya rasa bangga itu merupakan keuntungan bagi perpustakaan , karena
secara langsung atau tidak, pustakawan membawa promosi perpustakaan dan menjaga
citra perpustakaan agar tetap baik di mata masyarakat. Untuk itulah , maka para
pimpinan harus tahu menghargai perasaan pustakawan agar tetap menjaga citra
baik didalam perpustakaan atau diluar perpustakaan.
7.
Pengertian dan
simpati atas persoalan-persoalan pribadi
Seorang pemimpin yang bijaksana akan
memperhatikan bawahannya sampai pada urusan pribadinya. Dengan demikian
pustakawan merasakan bahwa dirinya diberi perhatian besar oleh pimpinannya. Hal
ini mendorong motivasi pekerja untuk bekerja lebih giat lagi melalui pendekatan
secara kekeluargaan.
8.
Kesetiaan
pimpinan pada pekerja ( pustakawan)
Kesetiaan pimpinan pada pustakawan merupakan
dasar rasa kepercayaan pustakawan
terhadap perpustakaan dimana ia bekerja. Kesetiaan pimpinan ini merupakan juga
suatu wibawa dari perusahaan, karena bila pimpinan hanya mengobral janji-janji
akan melakukan sesuatu, tetapi kenyataannya tidak, maka hal ini akan
menimbulkan suatu rasa yang tak baik dalam diri pustakawan.
9.
Disiplin kerja
yang keras
Kita sebagai manusia biasanya mempunyai sifat
ego yang tinggi , antara lain tak ingin dikekang oleh suatu peraturan atau tata tertib yang ketat. Demikian pula dengan
pustakawan, biasanya mereka enggan akan disiplin kerja yang keras dari perpustakaan dimana ia bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Pandji,
anoraga. 2005. Psikologi kerja. Rineka
cipta: jakarta
Agus,
Sujanto. 2004. Psikologi Umum. Bumi
Aksara: Jakarta